Minggu, 10 April 2011

askeb IV

RETENSIO PLASENTA
Retensio plasenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta dalam setengah jam (30 menit) setelah bayi lahir. Sedangkan sisa plasenta (rest placenta) merupakan tertinggalnya bagian plasenta dalam rongga rahim yang dapat menimbulkan perdarahan postpartum dini (early postpartum hemorrhage) atau perdarahan post partum lambat (late postpartum hemorrhage) yang biasanya terjadi dalam 6-10 hari pasca persalinan.
Sebab-sebabnya plasenta belum lahir bisa oleh karena:
Apabila plasenta belum lahir sama sekali maka tidak terjadi perdarahan tetapi jika lepas sebagian, terjadi perdarahan yang merupakan indikasi untuk mengeluarkannya.
Plasenta berbentuk bundar atau hampir bundar dengan diameter 15 sampai 20 cm dan tebal lebih kurang 2.5 cm. beratnya rata-rata 500 gram. Tali-pusat berhubungan dengan plasenta biasanya di tengah (insertio sentralis).
Umumnya plasenta terbentuk lengkap pada kehamilan lebih kurang 16 minggu dengan ruang amnion telah mengisi seluruh kavum uteri. Bila diteliti benar, maka plasenta sebenarnya berasal dari sebagian besar dari bagian janin, yaitu vili koriales yang berasal dari korion, dan sebagian kecil dari bagian ibu yang berasal dari desidua basalis.
Darah ibu yang berada di ruang interviller berasal dari spiral arteries yang berada di desidua basalis. Pada sistole darah disemprotkan dengan tekanan 70-80 mmHg seperti air mancur ke dalam ruang interviller sampai mencapai chorionic plate, pangkal dari kotiledon-kotiledon janin. Darah tersebut membasahi semua vili koriales dan kembali perlahan-lahan dengan tekanan 8 mmHg ke vena-vena di desidua.
Plasenta berfungsi: sebagai alat yang memberi makanan pada janin, mengeluarkan sisa metabolisme janin, memberi zat asam dan mengeluarkan CO2, membentuk hormon, serta penyalur berbagai antibodi ke janin.
Setelah bayi dilahirkan, uterus secara spontan berkontraksi. Kontraksi dan retraksi otot-otot uterus menyelesaikan proses ini pada akhir persalinan. Sesudah berkontraksi, sel miometrium tidak relaksasi, melainkan menjadi lebih pendek dan lebih tebal. Dengan kontraksi yang berlangsung kontinyu, miometrium menebal secara progresif, dan kavum uteri mengecil sehingga ukuran juga mengecil. Pengecian mendadak uterus ini disertai mengecilnya daerah tempat perlekatan plasenta.
Ketika jaringan penyokong plasenta berkontraksi maka plasenta yang tidak dapat berkontraksi mulai terlepas dari dinding uterus. Tegangan yang ditimbulkannya menyebabkan lapis dan desidua spongiosa yang longgar memberi jalan, dan pelepasan plasenta terjadi di tempat itu. Pembuluh darah yang terdapat di uterus berada di antara serat-serat oto miometrium yang saling bersilangan. Kontraksi serat-serat otot ini menekan pembuluh darah dan retaksi otot ini mengakibatkan pembuluh darah terjepit serta perdarahan berhenti.
Pengamatan terhadap persalinan kala tiga dengan menggunakan pencitraan ultrasonografi secara dinamis telah membuka perspektif baru tentang mekanisme kala tiga persalinan. Kala tiga yang normal dapat dibagi ke dalam 4 fase, yaitu:
1. Fase laten, ditandai oleh menebalnya duding uterus yang bebas tempat plasenta, namun dinding uterus tempat plasenta melekat masih tipis.
2. Fase kontraksi, ditandai oleh menebalnya dinding uterus tempat plasenta melekat (dari ketebalan kurang dari 1 cm menjadi > 2 cm).
3. Fase pelepasan plasenta, fase dimana plasenta menyempurnakan pemisahannya dari dinding uterus dan lepas. Tidak ada hematom yang terbentuk antara dinding uterus dengan plasenta. Terpisahnya plasenta disebabkan oleh kekuatan antara plasenta yang pasif dengan otot uterus yang aktif pada tempat melekatnya plasenta, yang mengurangi permukaan tempat melekatnya plasenta. Akibatnya sobek di lapisan spongiosa.
4. Fase pengeluaran, dimana plasenta bergerak meluncur. Saat plasenta bergerak turun, daerah pemisahan tetap tidak berubah dan sejumlah kecil darah terkumpul di dalam rongga rahim. Ini menunjukkan bahwa perdarahan selama pemisahan plasenta lebih merupakan akibat, bukan sebab. Lama kala tiga pada persalinan normal ditentukan oleh lamanya fase kontraksi. Dengan menggunakan ultrasonografi pada kala tiga, 89% plasenta lepas dalam waktu satu menit dari tempat implantasinya.
Sesudah plasenta terpisah dari tempat melekatnya maka tekanan yang diberikan oleh dinding uterus menyebabkan plasenta meluncur ke arah bagian bawah rahim atau atas vagina. Kadang-kadang, plasenta dapat keluar dari lokasi ini oleh adanya tekanan inter-abdominal. Namun, wanita yang berbaring dalam posisi terlentang sering tidak dapat mengeluarkan plasenta secara spontan. Umumnya, dibutuhkan tindakan artifisial untuk menyempurnakan persalinan kala tinggi. Metode yang biasa dikerjakan adalah dengan menekan dan mengklovasi uterus, bersamaan dengan tarikan ringan pada tali pusat.

a. Anamnesis, meliputi pertanyaan tentang periode prenatal, meminta informasi mengenai episode perdarahan postpartum sebelumnya, paritas, serta riwayat multipel fetus dan polihidramnion. Serta riwayat pospartum sekarang dimana plasenta tidak lepas secara spontan atau timbul perdarahan aktif setelah bayi dilahirkan.
b. Pada pemeriksaan pervaginam, plasenta tidak ditemukan di dalam kanalis servikalis tetapi secara parsial atau lengkap menempel di dalam uterus.
a. Hitung darah lengkap: untuk menentukan tingkat hemoglobin (Hb) dan hematokrit (Hct), melihat adanya trombositopenia, serta jumlah leukosit. Pada keadaan yang disertai dengan infeksi, leukosit biasanya meningkat.
b. Menentukan adanya gangguan koagulasi dengan hitung protrombin time (PT) dan activated Partial Tromboplastin Time (aPTT) atau yang sederhana dengan Clotting Time (CT) atau Bleeding Time (BT). Ini penting untuk menyingkirkan perdarahan yang disebabkan oleh faktor lain.

Meliputi plasenta akreta, suatu plasenta abnormal yang melekat pada miometrium tanpa garis pembelahan fisiologis melalui garis spons desidua.
Penanganan retensio plasenta atau sebagian plasenta adalah:
Pemberian oksigen 100%. Pemasangan IV-line dengan kateter yang berdiameter besar serta pemberian cairan kristaloid (sodium klorida isotonik atau larutan ringer laktat yang hangat, apabila memungkinkan). Monitor jantung, nadi, tekanan darah dan saturasi oksigen. Transfusi darah apabila diperlukan yang dikonfirmasi dengan hasil pemeriksaan darah.
b. Drips oksitosin (oxytocin drips) 20 IU dalam 500 ml larutan Ringer laktat atau NaCl 0.9% (normal saline) sampai uterus berkontraksi.
c. Plasenta coba dilahirkan dengan Brandt Andrews, jika berhasil lanjutkan dengan drips oksitosin untuk mempertahankan uterus.
d. Jika plasenta tidak lepas dicoba dengan tindakan manual plasenta.





DAFTAR TILIK
PLASENTA MANUAL
Plasenta manual merupakan tindakan operasi kebidanan untuk melahirkan retensio plasenta .

-Tempat sampah kering : 1
No
TINDAKAN
SKALA NILAI
4
3
2
1
1
1
Berikan penjelasan kepada ibu/keluarga tindakan yang akan dilakukan .
Gunakan bahasa yang mudah di mengerti ibu/keluarga





2
Persiapan pasien, penolong, dan peralatan

-Susun alat secara ergonomis dan letakkan pada tempat yang mudah di jangkau .





3
-Siapkan posisi pasien pada bed ginekologi dengan posisi dorsal recumben
-Jaga privasi pasien




44
4
Cuci Tangan
Ø Lepaskan semua perhiasan
Ø Gunakan teknik cuci tangan 7 langkah
Keringkan dengan handuk yang bersih.






5
Lakukan Kateterisasi
Kosongkan kandung kemih, Kandung kemih yang penuh akan menghambat pengangkatan plasenta, serta menghambat kontraksi dan posisi uterus




6
6
Berikan Anestesi – verbal/ analgesia / perrectal
Lakukan perlahan-lahan







7
-Pakai sarung tangan pada kedua tangan dan mengenakan sarung tangan panjang sampai siku yang steril pada tangan kanan

-Lakukan dengan cepat dan hati – hati, jangan sampai menyentuh bagian lateral sarung tangan





8
Jepit tali pusat pada jarak 5-10 cm dari vulva

-Memegang tali pusat lebih dekat ke vulva akan mencegah avulsi, tegangkan dengan satu tangan sejajar
lantai





9
Masukkan tangan kedalam vagina
-Tangan masuk secara obstetrik dengan menelusuri sisi bawah tali pusat






10
-Lepaskan pegangan tali pusat dan pindahkan tangan kiri untuk memegang fundus uteri dari luar
-Tangan kiri memegang fundus uteri





11
Tentukan tempat implantasi plasenta
Bentangkan tangan secara obstetrik menjadi datar seperti memberi salam, jari-jari tangan merapat, temukan tepi plasenta yang telah terlepas.





12
 Perluas pelepasan plasenta
- Geser tangan kekanan dan kiri, sambil digeserkan keatas (kranial ibu) hingga semua perlekatan terlepas dari dinding uterus, curigai adanya plasenta akreta jika plasenta sulit dilepaskan.





13
Menarik plasenta secara hati-hati dengan tangan kanan pada waktu uterus berkontraksi
Jangan hanya memegang sebagian plasenta





14
-Pindahkan tangan kiri ke supra simpisis untuk menahan uterus pada saat plasenta dikeluarkan

-Dorong uterus ke arah dorsokranial





15
Periksa plasenta setelah dilahirkan lengkap/tidak

-Pastikan tidak ada robekan pada plasenta dan selaput plasenta





16
-Berikan 0,2 mg ergometrin IM untuk membantu kontraksi uterus

-Lakukan aspirasi





17
-Periksa ibu dan lakukan penjahitan bila ada robekan servik atau vagina juga episiotomi

-Observasi keadaan umum pasien




18
18
Periksa Kembali Tanda vital ibu
Periksa dengan Seksama





19
Dekontaminasi sarung tangan

Lepasakan sarung tangan secara terbalik, rendam dalam larutan klorin 0,5 % selama 10 menit





20

Cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir





21
Yakinkan uterus berkontraksi dengan baik

Uterus menjadi bulat/ globuler





22
Berikan therapy





23
Dokumentasikan
- Catat semua tindakan yang telah dilakukan dan hasil dari tindakan tersebut







KET :






Komplikasi yang dapat terjadi meliputi:
1. Komplikasi yang berhubungan dengan transfusi darah yang dilakukan.
2. Multiple organ failure yang berhubungan dengan kolaps sirkulasi dan penurunan perfusi organ.
3. Sepsis
4. Kebutuhan terhadap histerektomi dan hilangnya potensi untuk memiliki anak selanjutnya.
10.  PROGNOSIS
Prognosis tergantung dari lamanya, jumlah darah yang hilang, keadaan sebelumnya serta efektifitas terapi. Diagnosa dan penatalaksanaan yang tepat sangat penting.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar